Sebuah konteks dalam sifat setiap manusia tidak lepas dari aspek psikologis (kejiwaan) manusia itu sendiri. Dengan kebesaran kuasaNya, Tuhan menciptakan manusia dengan keberagaman sifat. Tentu setiap manusia di muka bumi ini diciptakan dengan sisi baik dan buruknya.
Manusia Karo juga tidak terlepas dari keberagaman sifat (biak) itu. Sifat yang dimiliki setiap individu Karo tentu berbeda-beda. Tapi ada sifat dasar pembawaan dari merga yang dipakainya. Mungkin juga sifat ini didasarkan beberapa sebab seperti satu keturunan (terombo), satu kampung berikut kebiasaan dan tradisinya sampai letak geografis tempat tinggal.
Dibawah ini akan dijabarkan sedikit tentang sifat-sifat (Biak-biak) Si Lima Merga. Penulis meriset semua sifat-sifat ini dari wawancara dengan orang-orang tua, beberapa tulisan juga pengalaman pergaulan dari kehidupan sebagai orang Karo di tengah tatanan budaya Karo yang kental.

Karo-Karo
Merga Karo-karo rata-rata cerdas dalam berpikir dan bertindak. Ini terbukti dengan orang Karo yang meraih gelar sarjana pertama kali adalah Dr B. Sitepu dan Mr. Jaga Bukit. Profesor pertama dari Karo adalah Prof. A.T. Barus. Gubernur Sumatera Utara dari Karo pertama kali adalah Ulung Sitepu. Sampai menteri dari Karo yang pernah diangkat adalah M.S. Kaban.
Karo-karo biasanya berkemauan kuat dan berusaha keras meraih cita-citanya. Karena kemauan dan kerja kerasnya itu tidak sedikit Karo-karo berhasil meraih segala keinginannya.
Beru Karo terkenal berani dalam bertindak. Ketika ada yang tidak sesuai keinginan hatinya maka apapun bisa dikata-katainya. Cenderung bersifat mendominasi dalam rumah tangga. Tapi beru Karo terkenal kepintarannya sebagai penyeimbang rumah tangga.

Ginting
Merga Ginting lantang dalam berbicara. Kalau memang pendapatnya benar akan terus dipertahankannya. Siapa yang tidak kenal nama yang sudah didekasikan menjadi salah satu jalan terpanjang di negeri ini, Letjend Jamin Ginting. Termasuk anggota MPR RI, Sutradara Ginting yang pintar dalam mengungkapkan pendapatnya.Tidak takut untuk memulai sesuatu yang baru. Mempunyai jiwa kepemimpinan yang kuat. Cenderung patuh pada istrinya.
Beru Ginting terkenal tidak malu tampil ke tengah. Kalau belum berbuat sesuatu rasanya belum ada kepuasan dalam dirinya. Keberaniannya terkadang tidak memikirkan resiko apa yang akan terjadi terhadap tindakannya.

Sembiring
Merga Sembiring rata-rata berjiwa diplomatis. Sedikit berbicara tapi dalam artinya. Terkadang pelan-pelan mengutarakan pendapatnya sehingga keinginan hatinya diterima semua orang. Siapa yang tidak kenal dengan keturunan Sibayak Sarinembah, Mayjend Raja Kami Sembiring dengan vokalnya yang menghebohkan gedung MPR RI Senayan beberapa tahun lalu. Kriminolog Adrianus Meliala juga termasuk salah satu contoh. Cenderung malu dan takut mengutarakan cinta pada gadis yang dipujanya. Bahkan sekalipun ditanya apakah dia mencintai gadis itu dengan cepat akan ditampiknya dengan halus.
Beru Sembiring berjiwa penyabar. Walau banyak yang tidak menyenangi dirinya dengan sabar dia akan menerimanya. Cenderung sebagai penguasa rumah tangga. Sehingga rumah tangga berada dibawah kendalinya.

Tarigan
Merga Tarigan pintar berbicara. Di kedai kopi ataupun jambur semua obrolan akan didominasinya. Cepat berkelit dalam berkata-kata jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan maksudnya.
Karena pintar berkata-kata rata-rata merga Tarigan berjiwa dagang. Mulia Tarigan salah satu contohnya. Juga Mestika br Tarigan menjadi psikolog terkenal saat ini.
Beru Tarigan bersifat pasrah terhadap sesuatu yang didapatnya. Apa yang dikatakannya terkadang berbeda dengan isi hatinya.

Perangin-angin
Merga ini disebut dengan julukan Tambar Malem (selain Sebayang). Tambar Malem maksudnya disini adalah kepintaran dalam berkata-kata untuk menghibur orang. Jika ada orang mengalami masalah, Perangin-angin pintar memakai lidahnya untuk menghibur dan mencari solusi jalan keluarnya. Bersifat moderator dan mediator.
Cenderung harus dibujuk-bujuk (tami-tami) dan cemburuan. Berani dalam bertindak dan mengungkapkan pendapatnya. Aktor kawakan Advent Bangun yang telah memakai lidahnya dalam berkotbah di mimbar gereja. Termasuk perjuangan Kiras Bangun alias Pa Garamata dalam mempertahankan kemerdekaan negeri ini.
Beru Perangin-angin berjiwa ingin tampil. Ada suatu kebanggaan jika dirinya diperhatikan orang. Bersifat menguasai keluarganya sendiri. Kepintarannya dalam mencari muka pada orang tuanya terkadang membuat perselisihan dengan turangnya sendiri.
Sifat-sifat merga di atas tidak bisa menjadi tolak ukur bagi kita untuk menyimpulkan sifat seseorang dari merganya. Perkembangan jaman, kehidupan sosial dan perkawinan dengan berbagai suku sedikit demi sedikit mengikis sifat-sifat merga itu sendiri.
Jadi sifat merga diatas hanyalah sebuah kesimpulan kecil dari sebuah penelitian yang setiap saat bisa disanggah dan diperdebatkan. Sekali lagi janganlah kesimpulan diatas menjadi acuan kita untuk menilai sifat merga dan juga sifat seseorang.
Tapi jika kita menelusuri lebih dalam setiap orang Karo mempunyai sifat yang hampir sama. Mungkin dikarenakan alam, budaya dan seninya yang mengacu pada kehidupan sosial Karo itu sendiri.

Catatan kecil tentang sifat orang Karo
Orang Karo itu tidak terlalu rajin tetapi bukan pemalas. Berjiwa lemah lembut dan toleransi yang kuat. Sifat gotong royong dan memusyawarahkan sesuatu secara “sangkep nggeluh” menjadi nilai yang dikedepankan dalam strukur sosial masyarakatnya.
Prinsip hidupnya adalah, ”Ertuah bayak sangap encari,” yang artinya berkembang biak murah rejeki dan etos kerja yang digunakan, “Mangkuk reh mangkuk mulih, Ola lolo cametendu”.
Filosofi hidup orang Karo itu,”Pebelang juma maka mbelang man peranin, Jemur pagendu sangana las,” yang artinya perbanyak mata pencaharian supaya banyak hasilnya, gunakan kesempatan yang ada.
Ada juga falsafah yang mengatakan, “Keri gia pola isina, gelah mehuli penangketken kitangna,” biarpun habis air nira diminum, asal yang meminum itu menggantungkan tempatnya (kitang) itu dengan baik.
Kelemahan orang Karo pada umumnya mudah tersinggung dan sakit hati. Apabila rasa sakit hati dan ketersinggungan itu terlalu mendalam akan menimbulkan reaksi. Tetapi lebih banyak mengundurkan diri dalam percaturan. Tapi umumnya mempunyai sifat pendendam.
Orang Karo sangat sensitif tetapi menyimpan sifat ideal sebagai single fighter. Berani memulai sesuatu walau tidak tahu apa resiko yang akan dihadapinya. Mempunyai jiwa merantau (erlajang) dan dengan cepat bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya. Ada istilah sendiri yang mengacu hal ini, “Kalau masuk ke kandang kambing, dia akan mengembik tapi tidak jadi kambing. Kalau masuk ke kandang harimau, dia akan mengaum tapi tidak jadi harimau.”
Sebuah sajak indah yang pernah ditulis Djaga Depari tentang Merga Silima

Si Lima Merga
De nen percibalna
tutus atena ras sumangatna
kinigenggengenna ninta
cukup me tuhuna
meteh mehuli meteh mehangke
dahinna la murde
ertuding ras jore
beluh nge erjile-jile
Tapi lit dengang ia pandangen
simorahen ras sicianen
pergelut perbenceng permeja
nakan segarun terbuang dungna
iban si sitik selembar ngenca
De lakin robah
la kin jera
ngerasa kerina
si lima merga
Masing-masing kita sudah mengetahui sifat kita sebagai pribadi maupun sebagai seorang Karo. Tapi alangkah baiknya jika kita menelaah mana sifat yang mendukung hidup ke arah positip dan mana malah yang menghambat.
Adalah suatu jiwa besar jika kita meninggalkan kebiasaan lama dan memulai sesuatu yang lebih baik. Dengan menggunakan sifat yang baik dari kita secara pribadi dan juga dengan sesama niscaya memberikan harapan perubahan baru dalam hidup kita. Salam budaya!