Halaman

Kamis, 24 Februari 2011

I Need God

"the love of money is the root of all evil but the love of God is the root of all blessings!!!" – Kenji Yeo
It's so bizarre... just as I was going to write something here, my business mentor made that random statement... well its not even close to random. its epic. and I love it.
I need God.
John 10:6-13 (The Message)
6-10 Jesus told this simple story, but they had no idea what he was talking about. So he tried again. "I'll be explicit, then. I am the Gate for the sheep. All those others are up to no good—sheep stealers, every one of them. But the sheep didn't listen to them. I am the Gate. Anyone who goes through me will be cared for—will freely go in and out, and find pasture. A thief is only there to steal and kill and destroy. I came so they can have real and eternal life, more and better life than they ever dreamed of.
11-13 "I am the Good Shepherd. The Good Shepherd puts the sheep before himself, sacrifices himself if necessary. A hired man is not a real shepherd. The sheep mean nothing to him. He sees a wolf come and runs for it, leaving the sheep to be ravaged and scattered by the wolf. He's only in it for the money. The sheep don't matter to him.
I cant tell you in simple words why I need Him. But.
I just do.
Life is so full. so great. so wonderful.
Life is a gift. so blessed. so rich.
Life can be hard, so painful. so confusing.
Life can be frustrating, so difficult. so demanding.
But I soar on Eagle's wings - with the One who lifts me up.
There I can smile. I can run and I can jump for Joy.
For I know my Saviour lives and He loves me.
How can this ever be? A GOD who cares for me?
People might think i'm crazy. but hey im not hazy.
That line turned out cheesy. but hey, i dont worry.
LOL.
There's no luck, there's no fate but there is true love and blessings when we seek at the right place. singular. place.
If it is luck. if it is chance. if it is fate. if it is the stars that determine. why should I live? Why should I care with what I do with this body? But i know there is more to life. I know there is a life for me to live abundantly. a life i can only get when i surrender EVERYTHING. everything to one super being.
I surrender because im in love. i surrender because God first loved me. Love is not slavery. Love is not dos and donts. Love is not judgmental. But Love came so we can be free from guilt and shame. Wow I never knew Love is so abstract.
I need God. I need his Love. Only then I can truly live to the fullest.
Are we living to the fullest?
http://www.myspace.com/samuelerics

What Is Your Motivation

Suatu hari aku digelitik satu pertanyaan. Pertanyaannya simple tapi cukup berjuang juga untuk menjawabnya. "What is your  motivation?" , "Apa yang membuat anda melompat dari tempat tidur di pagi hari?"

Kecendrungannya hari-hari kita lalui berlalu saja. Semuanya sedang-sedang saja, tidak terlalu semangat tapi juga tidak terlalu loyo. Tapi begitu ada masalah sedikit jadi ga punya pegangan untuk tetap berjuang. Bangun pagi buru-buru mandi dan sarapan berangkat kerja, jalan macet, sampai di kantor disibukkan dengan tugas-tugas, jam 12 makan, lanjut lagi sampai 17.30. Pulang kena macet lagi, sampai di rumah sudah capek. Habis makan malam nonton tv sebentar terus tidur. Dan tiba-tiba sudah terlewati satu tahun hidup seperti itu-itu saja.

Dengan kondisi rutinitas seperti di atas membuat kata-kata "Freedom" begitu diagungkan. Pengen rasanya punya kebebasan waktu,  punya kebebasan finansial dan ga perlu hidup rutin yang membosankan itu. Tapi bagaimana caranya ya? "To be entrepreneur" . Tapi apa benar pengusaha punya kebebasan waktu? Seringnya bahkan pengusaha juga harus bekerja pada hari libur karena ingin menjaga pelanggan. Pelayanan 24x7.

Dalam perenunganku akhirnya harus mengakui "That is your life, so love it." Sampai kapan mau mengeluh hidup bekerja seperti itu. Mungkin yg perlu diubah cara pandang kita
terhadap situasi dan hari-hari kita. Bisa ngga ya, kita tetap bernyanyi pada saat macet di jalan? Sayang sekali jika kita tidak enjoy di tempat kerja yang kita habiskan 1/3 dari kehidupan kita. Kalau memang pekerjaan kita berguna bagi orang lain, cintai itu, lakukan terbaik.
Berikut tips yang coba saya terapkan agar lebih termotivasi dalam bekerja:
1. Lakukan perkerjaan dengan cara yang terbaik, hasil yang baik akan mendatangkan rasa harga diri dan pujian dari orang lain.
2. Anggaplah pekerjaan kita sebagai persembahan kita kepada Tuhan.
3. Setialah dalam hal yang kecil maka akan diberikan pekerjaan yang lebih besar.
4. Buat target yang realistis dan rayakan setiap kemenangan atas target itu.
5. Bebaslah mengemukakan pendapat agar anda punya rasa memiliki dalam setiap keputusan perusahaan. Jangan hanya diam dalam rapat.
6. Ciptakan suasana kekeluargaan dalam lingkungan bekerja.

Semoga bermanfaat ya.. God Bless us..
Dalton P

Pasangan Dari Tuhan

Bertahun-tahun yang lalu, Aku berdoa kepada Tuhan untuk memberikan pasangan hidup.

"Engkau tidak memiliki pasangan karena engkau tidak memintanya", jawab Tuhan.

Tidak hanya Aku meminta kepada Tuhan, Aku menjelaskan kriteria pasangan yang kuinginkan. Aku menginginkan pasangan yang baik hati, lembut, mudah mengampuni, hangat, jujur, penuh dengan damai dan sukacita, murah hati, penuh pengertian, pintar, humoris, penuh perhatian. Aku bahkan memberikan kriteria pasangan tersebut secara fisik yang selama ini kuimpikan.

Sejalan dengan berlalunya waktu, Aku menambahkan daftar kriteria yang kuinginkan dalam pasanganku.

Suatu malam, Tuhan berkata dalam hatiku,

" Hamba-Ku, Aku tidak dapat memberikan apa yang engkau inginkan."

'Aku bertanya, "Mengapa Tuhan?" dan IA menjawab,


"Karena Aku adalah Tuhan dan Aku adalah Adil. Aku adalah Kebenaran dan segala yang Aku lakukan adalah benar."

Aku bertanya lagi, "Tuhan, aku tidak mengerti mengapa aku tidak dapat memperoleh apa yang aku pinta dari-Mu?"
Jawab Tuhan, "Aku akan menjelaskannya kepada-Mu, Adalah suatu ketidakadilan dan ketidak benaran bagi-Ku untuk memenuhi keinginanmu karena Aku tidak dapat memberikan sesuatu yang bukan seperti engkau. Tidaklah adil bagi-Ku untuk memberikan seseorang yang penuh dengan cinta dan kasih kepadamu jika terkadang engkau masih kasar, atau memberikan seseorang yang pemurah tetapi engkau masih kejam, atau seseorang yang mudah mengampuni tetapi engkau sendiri masih suka menyimpan dendam, seseorang yang sensitif, namun engkau sendiri tidak..."

Kemudian Ia berkata kepadaku,
"Adalah lebih baik jika Aku memberikan kepadamu seseorang yang Aku tahu dapat menumbuhkan segala kualitas yang engkau cari selama ini daripada membuat engkau membuang waktu mencari seseorang yang sudah mempunyai semuanya itu. Pasanganmu akan berasal dari tulangmu dan dagingmu, dan engkau akan melihat dirimu sendiri di dalam dirinya dan kalian berdua akan menjadi satu."

"Pernikahan adalah seperti sekolah, suatu pendidikan jangka panjang.
Pernikahan adalah tempat dimana engkau dan pasanganmu akan saling menyesuaikan diri dan tidak hanya bertujuan untuk menyenangkan hati satu sama lain, tetapi untuk menjadikan kalian manusia yang lebih baik, dan membuat suatu kerjasama yang solid. Aku tidak memberikan pasangan yang sempurna karena engkau tidak sempurna. Aku memberikanmu seseorang yang dapat tumbuh bersamamu."

Kisah Ini untuk:
Yang sudah menikah, yang baru saja menikah, yang akan menikah, dan yang sedang mencari Pasangan Hidup. (by Pdt. Benny Kaban)

Tentang Cinta

Dunia yang kita hidupi sekarang adalah dunia postmodern yang sarat dengan relativisme yang me“mutlak”kan segala sesuatu adalah relatif adanya. Semangat ini juga mempengaruhi seluruh keberadaan hidup manusia, termasuk prinsip kasih pun dirusak oleh manusia. Di dalam semangat relativisme yang di“mutlak”kan ini, banyak orang di dunia sangat menyukai istilah “kasih” dan menggunakannya secara tidak bertanggungjawab. Di dalam benak orang-orang postmodern, “kasih” dimengerti tidak saling menghakimi, saling berdamai dengan semua orang, saling memaafkan, dll, tetapi herannya mereka yang berkata demikian seringkali sulit mempraktekkannya bahkan salah menafsirkannya. Sehingga tidak heran di dalam dunia ini, akibat orang yang selalu mengobral istilah “kasih” yang sebenarnya tidak mengerti esensi kasih itu sesungguhnya, maka yang terjadi adalah etika yang semakin lama semakin terpuruk dan bobrok. “Kasih” yang demikian hanyalah membawa malapetaka dan meresahkan manusia, tetapi sayangnya manusia tidak segera menyadarinya lalu bertobat. “Kasih” palsu demikian tidak diajarkan bahkan ditentang oleh Alkitab. Di dalam Alkitab, kita akan mendapati beberapa prinsip mengenai kasih.
Pertama, Alkitab menyatakan Allah adalah Kasih (1 Yohanes 4:16). Allah adalah Kasih bukan sekedar sifat-Nya yang Mahakasih tetapi Dia sendiri adalah Sumber dan Pribadi Kasih itu sendiri. Berarti, di dalam diri Allah mengalir Kasih sejati. Kasih yang tidak keluar dari diri Allah adalah “kasih” yang palsu !

Kedua, Allah yang adalah Kasih itu sekaligus juga Allah yang Mahaadil. Di dalam kasih-Nya, Ia tetap menghukum barangsiapa yang menolak-Nya. Di dunia postmodern yang kita hidupi saat ini, manusia sedang berusaha melenyapkan konsep tentang keadilan dan sedang mengilahkan konsep “kasih” yang berdampak kepada prinsip “demokrasi” dan “hak asasi” yang liar. Itulah wujud “kasih” palsu. Kasih yang tanpa keadilan bukan berakibat baik seperti yang banyak orang dunia serukan, tetapi justru mengakibatkan sesuatu yang sangat buruk, misalnya kasus poligami, free-sex, dll yang semuanya memakai istilah “kasih/cinta” juga (saya menyebutnya : kasih semu/virtual love). Kasih menurut Alkitab adalah kasih yang disertai dengan keadilan karena kasih-Nya juga disertai keadilan-Nya. Yohanes 3:16-18 menggambarkan dengan jelas hubungan yang tak terpisahkan antara kasih dan keadilan Allah. Di dalam kasih, ada wujud keadilan yang harus dinyatakan. Misalnya, di dalam kasih antar pasangan, ketika salah satu pasangan berbuat tidak beres, pasangan lain dapat menegur dan mengingatkannya bukan untuk membuktikan dirinya lebih benar, tetapi harus dengan cinta kasih. Itulah wujud keadilan yang disertai kasih.

Ketiga, kasih sejati berarti rela berkorban. Kasih sejati yang rela berkorban sudah diwujudnyatakan di dalam pribadi Tuhan Yesus Kristus yang menggenapkan rencana Allah Bapa di Surga dengan mati disalib dan bangkit demi mengasihi dan menebus umat pilihan-Nya dari dosa-dosa mereka (1 Yohanes 3:16). Kasih sejati ini membuka pintu hubungan antara Allah yang Mahakudus dengan manusia berdosa yang dahulu rusak akibat dosa manusia itu sendiri. Kasih berarti rela berkorban. Tetapi sayangnya, konsep kasih sejati ini sering disalahtafsirkan, lalu mengatakan bahwa di hari Valentine, kita harus memberikan bunga sebagai wujud pengorbanan dan kasih sayang kita. Tidak ada salahnya memberikan bunga di hari Valentine, yang menjadi permasalahannya terletak pada esensi kasih yaitu pengorbanan sejati yang harus dimengerti. Berkorban dengan mengantar pasangan ke tempat-tempat tertentu atau memberikan bunga itu bukanlah berkorban tetapi keharusan. Pengorbanan sejati dilakukan bukan dengan keterpaksaan tetapi dengan tulus dan rendah hati serta sukacita sejati. Itulah yang Kristus lakukan bagi kita dan harus kita teladani di dalam kehidupan kita sehari-hari. Salah satu wujud pengorbanan di dalam kasih adalah dengan kita memberitakan Injil. Ketika memberitakan Injil, kita mau mengorbankan diri berdiskusi dengan orang-orang non-Kristen tentang Kristus Yesus Tuhan kita dengan semangat kasih yang tanpa kompromi namun jelas dan singkat. Penginjilan membuat kita tidak egois dan sombong akan keselamatan dan kehidupan baru yang telah kita peroleh di dalam Kristus Yesus.

Terakhir, di dalam kasih ada kesetiaan. Di dalam Alkitab, kita melihat kasih Allah selalu berkaitan dengan kesetiaan-Nya akan janji-janji-Nya. Di dalam theologia Reformed, kita mengenal istilah the covenant of God (kovenan/janji Allah). Artinya, Allah yang telah memilih kita dari semula, Dia jugalah yang memelihara janji-Nya dan menggenapkannya bagi kita di dalam Tuhan Yesus serta menyempurnakannya di dalam karya Roh Kudus. Seperti Allah yang setia memelihara keselamatan kita sampai akhir, maka di dalam diri-Nya lah kita juga dapat meneladani prinsip kasih yang setia, di mana kita tidak lagi menduakan Kristus di dalam hidup kita. Kita hendaknya tidak lagi menganggap relativisme atau humanisme sebagai ilah kita selain Kristus. Ketika kita melakukan penduaan hati ini, kita sedang menyakiti hati Tuhan kita Yesus Kristus yang telah menebus dosa kita, dan lagi berarti kita tidak lagi setia kepada-Nya. Akibatnya, jangan heran, ketika manusia hidup mulai mendua hati, hidup mereka pasti tidak damai dan tidak menjumpai kelegaan sejati karena mereka mulai tidak setia. Ketika kita setia kepada-Nya, meskipun hidup kita tidak selalu lancar (bebas dari penyakit, utang, kemiskinan, bencana, dll), tetapi kita memiliki hidup yang berkelimpahan secara rohani (Yohanes 10:10b) dan hidup yang memiliki kelegaan sejati (Matius 11:28-30) di tengah kepenatan dunia yang menghimpit. Itulah seharusnya respon dan komitmen kita sebagai anak-anak-Nya di tengah maraknya konsep “kasih” palsu yang sedang ditawarkan iblis di zaman postmodern ini.

Minggu ini, dalam rangka menjelang Valentine Day, maukah kita kembali kepada konsep kasih yang sejati dari Alkitab dan tidak mau lagi ditipu oleh bujuk rayu iblis yang gemar menawarkan beragam definisi “kasih” yang palsu ?! Sudah seharusnya itulah respon dan komitmen total kita seutuhnya sebagai  Permata GBKP dan anak-anak Tuhan di dalam Kristus. Soli Deo Gloria. Solus Christus.
 
“TO LOVE AND SERVE GOD IN OUR LIFE IS TO KNOW HIM IN HIS FINAL WORD, THE HOLY BIBLE !”

Tentang PERMATA

Persadaan Man Anak Gerejanta (PERMATA GBKP) adalah salah satu persekutuan kategorial bagi Pemuda GBKP. Kehadiran PERMATA GBKP ditengah-tengah GBKP adalah sebagai tanda kasih setia Allah terhadap kesinambungan gerejaNya ditengah-tengah dunia ini. PERMATA GBKP juga merupakan jemaat kini dan masa yang akan datang yang senantiasa harus mempersiapkan diri dan berusaha memahami panggilan bersaksi, bersekutu dan melayani dari Tuhan Allah terhadap dirinya masing-masing agar mereka mewujudnyatakan Kehendak Allah ditengah-tengah gereja, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam pelayanannya, PERMATA GBKP mempunyai 4 (empat) bidang pelayanan yaitu bidang pembinaan, konsolidasi, partisipasi dan keuangan. Sedangkan bentuk program kerja adalah:
Bidang Pembinaan, seperti Penelahaan Alkitab (PA), Kebaktian Minggu Pemuda (KMP), Retreat/Bible Camp, Pekan Kebaktian Pemuda (PKP), Kebaktian Kebangunan Iman, Kelompok Tumbuh Bersama (KTB), Pelatihan MC dan Song leader.
Bidang konsolidasi, seperti Latihan Kader Kepemimpinan Kristen (LK3) PERMATA GBKP, Kunjungan Pelayanan, Penjemataan P3RT dan Kelengkapan Organisasi, Musyawarah/Sidang/Rapat, Pendidikan Peningkatan Sumber Daya Manusia dan Pengadaan Data Base Pusat Informasi PERMATA GBKP serta web site PERMATA, http://www.permatagbkp.com.
Bidang Partisipasi, seperti Pembentukan Jaringan Kerja (Net Working) antar lembaga, Hubungan Gereja-Gereja dan Antar Agama-Agama (Oikumene dan Pluralisme), Forum Studi dan Aksi (Analisa/Kelompok Studi), Aksi Peduli Lingkungan, Masyarakat, Bangsa dan Negara, Aksi Sosial dan Partisipasi Suka dan Duka, Pekan Olahraga dan Pentas Seni Budaya dan Perayaan - Perayaan Hari Besar Gerejawi dan pengembangan Majalah Kekelengen PERMATA (MKP) GELUH.
Bidang Keuangan, seperti Subsidi Rutin, Iuran Anggota PERMATA GBKP, Kolekte Ibadah, Donatur/Bantuan dan Sumbangan Tidak Mengikat, Bazar dan Aksi Makanan, Usaha-Usaha PERMATA GBKP, Verifikasi Keuangan, Sidang Keuangan/Penyusunan Rapen-Rabel dan Pengawasan Aliran Dana/Cash Flow Keuangan PERMATA GBKP.

Rabu, 01 September 2010

Tuhan Tahu

Bila Anda lelah dan putus asa dari upaya sia-sia …
Tuhan tahu seberapa keras Anda telah mencoba.
Bila Anda telah menangis begitu lama dan hatimu dalam penderitaan …
Tuhan telah menghitung air matamu.
Jika Anda merasa bahwa hidup Anda sedang ditahan dan waktu telah berlalu Anda dengan …
Tuhan sedang menunggu bersama Anda.
Ketika Anda kesepian dan teman-temanmu terlalu sibuk bahkan untuk panggilan telepon …
Tuhan sisi Anda.
Bila Anda pikir Anda sudah mencoba segalanya dan tidak tahu ke mana harus berpaling …
Tuhan memiliki solusi.
Ketika tidak ada yang masuk akal dan Anda bingung atau frustrasi …
Tuhan memiliki jawabannya.
Jika tiba-tiba pandangan Anda yang cerah dan Anda menemukan jejak-jejak harapan …
Tuhan telah berbisik kepada Anda.
Ketika segala sesuatu berjalan dengan baik dan Anda memiliki banyak untuk berterima kasih atas …
Tuhan telah memberkati Anda.
Ketika sesuatu yang menyenangkan terjadi dan kamu dipenuhi dengan kagum …
Tuhan telah tersenyum kepadamu.
Bila Anda memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk mengikuti …
Tuhan telah membuka mata dan memanggil Anda dengan nama Anda.
Ingat bahwa di manapun Anda berada atau apa pun yang Anda hadapi …
Tuhan TAHU

Pelajaran Kehidupan

Aku takut sendirian sampai aku belajar seperti diriku.
Aku takut kegagalan sampai aku menyadari bahwa aku hanya gagal jika saya tidak mencoba.
Aku takut kesuksesan sampai aku menyadari bahwa aku harus mencoba untuk menjadi bahagia dengan diriku.
Aku takut pendapat orang sampai aku belajar bahwa orang-orang punya pendapat tentang padaku.

Aku takut penolakan, sampai aku belajar untuk memiliki iman dalam diriku sendiri.
Aku takut sakit sampai aku belajar bahwa itu perlu untuk pertumbuhan.
Aku takut kebenaran sampai aku melihat keburukan dalam kebohongan.
Aku takut hidup sampai aku mengalami keindahannya.
Aku takut pada kematian sampai saya menyadari bahwa itu bukanlah suatu akhir, tapi sebuah awal.
Aku takut takdir saya, sampai saya menyadari bahwa aku memiliki kekuatan untuk mengubah hidup saya.
Aku takut benci sampai aku melihat bahwa semuanya itu tidak lebih dari kebodohan.
Aku takut cinta sampai menyentuh hatiku, membuat kegelapan memudar menjadi tak berujung cerah hari.
Aku takut ejekan sampai saya belajar bagaimana untuk tertawa pada diriku sendiri.
Aku takut menjadi tua sampai saya menyadari bahwa saya memperoleh kebijaksanaan setiap hari.
Aku takut masa depan sampai aku sadar bahwa hidup terus membaik.
Aku takut masa lalu sampai aku menyadari bahwa hal itu tidak bisa lagi menyakitiku.
Aku takut gelap sampai aku melihat keindahan cahaya bintang.
Aku takut cahaya, sampai aku belajar bahwa kebenaran akan memberiku kekuatan.
Aku takut perubahan, sampai aku melihat bahwa bahkan yang paling indah kupu-kupu harus mengalami metamorfosis sebelum bisa terbang.

Pilihan Sederhana

Bila dihadapkan pada pilihan, apakah anda memiliki untuk sehat,
makmur, punya banyak teman, dan bahagia, ataukah anda memilih
hidup miskin, sakit-sakitan, dibenci, dan sengsara…? Pilihan ini
tentu gampang. Semua orang tentu akan mengambil pilihan pertama
tanpa pikir panjang.
Tapi mengapa yang ada dalam pilihan pertama tidak seluruhnya
hadir dalam kehidupan anda…? Adalah kenyataan, bahwa sebenarnya
anda punya pilihan, tetapi tidak diberikan sekaligus seperti
yang ada di awal tulisan ini. Pilihan itu melainkan diberikan
secara bagian per bagian dalam setiap sisi kehidupan anda. Hari
demi hari, saat demi saat – semua yang anda pilih dalam hidup
sebenarnya adalah bagian dari pilihan di atas. Dan pilihan
andalah yang menjadi kenyataan hidup anda.
Pilihan-pilihan sederhana yang anda buat, yang mungkin anda
anggap sepele, akan membentuk jawaban besar. Pilihan-pilihan
sederhana ini yang mempengaruhi hidup anda. Di sepanjang jalan
kehidupan, anda akan terus berhadapan dengan pilihan-pilihan
sederhana, untuk itu tetaplah fokus pada arah mana tujuan hidup
anda bergulir. Buatlah pilihan yang tepat – sekalipun sederhana -
karena hidup anda akan ditentukan oleh pilihan-pilihan yang
anda buat…

Ambil Resiko

Saat anda mengambil resiko, ada kemungkinan sangat nyata akan terjadinya kegagalan.  Tetapi bila anda tidak mengambil resiko, anda sudah pasti gagal.
Memang, beberapa resiko tidak layak ditempuh, TAPI menghindari semua resiko, sama saja dengan menghindari hidup.  Bangun pagi mengandung resiko.  Pergi ke pasar mengandung resiko.  Berkenalan mengandung resiko.  Namun semua resiko ini masih cukup bernilai untuk ditempuh, karena resiko-resiko demikian mengikutkan imbalan yang berharga.
Mungkin anda akan mengambil suatu resiko, dan gagal.  Tapi itu bukan alasan untuk berhenti mengambil resiko.  Belajarlah dari pengalaman dan maju terus.  Waktu, kesempatan, dan sumber daya anda akan membusuk serta terbuang percuma bila anda digiring terus pada rasa takut kehilangan waktu dan kesempatan.  Resiko terbesar adalah saat anda tidak berani ambil resiko.
Gunakan apa yang anda punya.  Jangan biarkan takut akan resiko menjadi penyebab terbesar kegagalan anda.  Hitung kembali. Ambil resiko, dan raihlah imbalan yang tersimpan di dalamnya.

Tantangan Berarti

Tantangan akan menggairahkan anda, memberi anda arah, dan membangkitkan
yang terbaik dalam diri anda.  Tantangan akan mendorong anda untuk
mempelajari ketrampilan baru, meraup pengetahuan baru.  Tantangan
memotivasi anda untuk memberi hasil terbaik dari diri anda.
Pernahkah anda perhatikan, saat anda memiliki sedemikian banyak
tugas yang harus dikerjakan, anda justru memiliki lebih banyak
yang selesai dikerjakan.  Dan saat sedikit hal yang perlu dikerjakan,
ternyata lebih sedikit lagi yang selesai dikerjakan. 
Usaha anda meningkat sesuai dengan pekerjaan yang harus dikerjakan.
Tantangan mendorong hasil.
Tantangan tidak muncul untuk menarik anda ke bawah.  Tantangan ada
untuk mendorong anda ke atas, menghasilkan yang terbaik, mencapai
target.   Memang tantangan itu sulit dan tidak menyenangkan.  Tetapi
hal itulah yang memberikan arti dan nilai.  Kesuksesan terbesar hadir
lewat kebiasaan berurusan dengan serangkaian tantangan.  Bukan dengan
menghindari tantangan.
Tolong diri anda sendiri.
Temukan tantangan sejati, anda akan menemukan hidup sejati.

Kesempatan Dalam Kehidupan

Di sebuah ladang yang subur, terdapat 2 buah bibit tanaman yang terhampar. Bibit yang pertama berkata, “Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku sangat dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari, serta kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku.” Dan bibit yang pertama inipun tumbuh, makin menjulang.
Bibit yang kedua bergumam. “Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah disana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku keatas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka, dan siput-siput mencoba untuk memakannya? Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman.”
Dan bibit itupun menunggu, dalam kesendirian.
Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi, dan memakannya segera.
***
Teman, memang, selalu saja ada pilihan dalam hidup. Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita jalani. Namun, seringkali kita berada dalam kepesimisan, kengerian, keraguan, dan kebimbangan-kebimbangan yang kita ciptakan sendiri. Kita kerap terbuai dengan alasan-alasan untuk tak mau melangkah, tak mau menatap hidup. Karena hidup adalah pilihan, maka, hadapilah itu dengan gagah. Dan karena hidup adalah pilihan, maka, pilihlah dengan bijak.
Sahabat, tiap pilihan selalu ada resiko yang mengiringinya. Namun jangan sampai ketakutan, keraguan dan kebimbangan, menghentikan langkah kita.

Yakinlah Anda Bisa

Ingatlah ketika Anda masih kecil, dan mencoba belajar berjalan.  saya yakin anda mengalami seperti ini:
Pertama Anda harus belajar untuk berdiri: sebuah proses yang melibatkan seluruh tubuh, jatuh lalu kembali berdiri. Anda kadang tertawa serta tersenyum, tapi dilain waktu anda menangis dan meringis karena sakit. Entah, seperti ada tekad dan keyakinan dalam diri Anda bahwa Anda akan berhasil, apa pun dan bagaimanapun. Anda punya motivasi dalam diri Anda
Setelah banyak berlatih akhirnya Anda mengerti bagaimana keseimbangan diri Anda, sebuah persyaratan untuk kejenjang berikutnya. Anda menikmatinya dan seolah-olah punya kekuatan baru, punya motivasi baru. Anda akan berdiri dimana Anda suka – di tempat Anda, di sofa, di pangkuan ibu Anda, Bapak anda, atau pun seseorang. Itu adalah waktu yang menggembirakan – Anda melakukannya! Anda dapat mengontrol diri Anda. Anda tersenyum dan tertawa lucu, puas akan keberhasilan Anda.  Sekarang – langkah berikutnya – berjalan. Anda melihat orang lain melakukannya – ini keliatannya tidak terlalu sulit – hanya memindahkan kaki Anda saat Anda berdiri, kan?
Salah – ternyata lebih kompleks daripada yang Anda bayangkan. Anda berurusan dengan rasa frustasi. Tapi Anda terus mencoba, mencoba lagi dan mencoba lagi dan lagi sampai Anda tahu bagaimana berjalan. Anda selalu ingin kedua tangan anda diberi pegangan saat berjalan.
Jika orang melihat Anda berjalan, mereka akan bertepuk tangan, mereka tertawa, mereka akan memberi semangat, “Ya Tuhan, lihatlah apa yang dia lakukan”. “Oh anakku sudah bisa berdiri”. “pandainya anakku, pintarnya anakku” dan lain-lain. Dorongan ini memicu Anda; dorongan itu menambah rasa percaya diri Anda. Dorongan itu memotivasi Anda
Namun meski begitu, Andapun mencoba berjalan saat tak ada yang melihat Anda, saat tak ada yang bersorak-sorai? Setiap peluang ada, Anda berlatih untuk berjalan.  Anda tidak bisa menunggu seseorang untuk memotivasi Anda untuk mengambil langkah-langkah berikutnya. Anda belajar bagaimana untuk memotivasi diri sendiri.
Jika kita bisa mengingat hal ini tentang diri kita di hari ini.
Ingat bahwa kita bisa melakukan apapun yang kita pikiran. Kita mampu mengatur jika kita mau dan bersedia melewati proses, seperti ketika kita belajar berdiri, seperti ketika kita belajar berjalan. Kita tidak perlu menunggu orang lain untuk memotivasi kita, kita perlu memotivasi diri kita sendiri.
Jika Anda sudah lupa bagaimana melakukan hal ini, atau merasa seperti beku, kaku dan gamang. Maka Anda membutuhkan motivasi, ambillah kembali perjalanan singkat dalam hidup Anda yang telah lewat – Lihatlah prestasi Anda, tidak peduli prestasi besar atau prestasi kecil – atau saat-saat dimana Anda bertemu dengan tantangan dan menemukan cara untuk berhasil. Ulanglah keberhasilan itu saat ini, saat anda menghadapi permasalahan yang sedang anda hadapi.
Fokus pada semua hal yang Anda pikir Anda tidak bisa lakukan, kemudian lakukanlah. Lihatlah buah hati anda. Mereka tidak pernah menyerah. Dan mereka yakin serta percaya terhadap anda, bahwa anda mampu dan bisa.  Mereka percaya di dalam semua kehidupan Anda!
Sekarang Anda harus percaya pada diri Anda! Yakinkan pada hati Anda Bahwa Anda pasti bisa.
“Ingat, hari ini adalah hari terbaik dalam hidup Anda, milikilah masa depan yang indah, dengan membuat perubahan hari ini!

Jika aku Harus

Jika aku harus berenang di laut untuk mendapatkan apa yang aku inginkan,
aku akan belajar bagaimana berenang, dan aku akan mengarungi lautan itu.
Jika aku harus mendaki gunung tertinggi untuk mendapatkan apa yang aku inginkan, aku akan belajar cara memanjat, dan aku akan memanjat gunung itu.
Jika aku harus menyelam samudra terdalam untuk mendapatkan apa yang aku inginkan, maka aku akan belajar bagaimana cara menyelam, dan aku akan menyelami samudra itu.
Jika aku kecewa karena hal-hal yang tidak tampak seperti yang aku inginkan,
maka aku akan belajar bagaimana menerimanya, dan aku akan mencoba untuk menerimanya.
Setidaknya sekarang aku telah mengalami bagaimana berenang, mendaki dan menyelam dan juga bagaimana untuk menerima segala sesuatu yang berasal dari usahaku..
Kemudian, aku akan mencoba kembali untuk melakukan lebih baik. Demi apa yang aku inginkan…
Aku akan datang.. dan mencapai semua itu..  Semoga saja keinginan ini adalah baik… dan untuk kebaikan

Berfikir Diluar Kotak

Apa yang di maksud dengan berfikir di luar kotak? Mungkin kita perlu mendefinisikan dulu apa yang di maksud dengan berfikir di dalam kotak. Yang di maksud dengan berfikir di dalam kotak adalah kita selalu berfikir dengan berpijakan kepada kebiasaan. apa yang sudah biasa di lakukan oleh orang lain, termasuk di dalamnya hal – hal yang sudah bisa dan biasa kita lakukan atau yang mudah kita lakukan. Berpikir di dalam kotak juga berarti bagaimana kita berfikir dalam zona nyaman kita , tentu saja berfikir di luar kotak adalah kebalikanya, Yaitu cara berfikir kita dengan melihat hal-hal yang tidak biasa, hal-hal yang aneh di luar kemampuan kita, tidak biasa dilakukan oleh orang lain, tidak biasa dilakukan oleh diri kita, termasuk tidak biasa dilakukan oleh kelompok kita, bahkan tidak ada orang yang pernah melakukanya.
Berfikir di luar kotak memang melawan kecenderungan manusia yang ingin selalu nyaman, ingin berada di zona nyaman atau status quo, namun masalahnya jika kita hanya berfikir dengan cara-cara yang biasa, maka haslinyapun akan biasa.
Jika kita ingin mendapatkan sesuatu yang berbeda, maka kitapuun harus berfikir dengan cara yang berbeda. Memang dengan hanya berfikir di dalam kotak saja anda masih tetap bisa bergerak, perusahaan anda masih bisa terus berjalan, namun kondisi anda maupun kondisi perusahaan anda akan stagnan, artinya berjalan ditempat, atau sekedar hanya bertahan, kalaupun ada peningkatan, peningkatan itu hanya terjadi secara linear atau lambat. Mungkin kita tidak asing dengan peningkatan 5 atau 10 % bahkan kurang dalam setahun.
bagi seorang pemikir revolusioner, jika kita ingin menggandakan hasil kita, kita harus berfikir di luar kotak dimana kita tidak lagi berharap bahwa peningkatan itu hanya 5 % atau 10 % dalam setahun, kita ingin peningkatan itu berkali lipat, bahkan bukan hanya dalam setahun tapi kurang dari setahun. Misalnya kita ingin pendapatan kita berkali lipat hanya dalam waktu 6 bulan.
Berfikir di dalam kotak itu justru dapat membahayakan diri kita, mungkin kita menganggap bahwa kita sudah cukup berfikir dalam kotak saja, masalahnya beban akan terus bertambah, persaingan akan semakin ketat, jika kita hanya berfikir didalam kotak sementara orang lain berfikir di luar kotak, dengan ide-ide baru yang inovatif, ide-ide baru yang terobosan, maka kita akan kalah, kita akan tenggelam. Oleh karena itu kita perlu berfikir di luar kotak sehingga kita mampu bersaing dengan orang lain.
Cobalah tengok keluar, cobalah tengok di toko, cobalah tengok di internet produk-produk baru terus bermunculan.
Kita lihat seperti handphone, mungkin produknya tetap berupa hangphone atau alat komunikasi, namun dapat kita lihat fitur yang inovatif yang hadir di dalam handphone yang baru, handphone lama sudah mulai ketinggalan dan harganyapun akan turun drastis. Jika kita hanya mengandalkan handphone gaya lama, jelas perusahaan handphone akan bankrut dengan segera.
Apapun bisnis kita, persaingan itu tidak akan pernah diam, perubahan tidak akan pernah berhenti, kita harus tetap terus menerus menemukan ide-ide terobosan supaya kita terus berada di depan.
berhubungan dengan masalah waktu, berfikir di luar kotak adalah kita mencari cara-cara baru, bagaimana kita meningkatkan produktivitas diri kita. Bukan hanya meningkat 5 %  atau 10 % saja tetapi bagaimana cara kita melipatgandakanya. Jika anda masih mengatakan “Ah itu tidak mungkin!”. Artinya anda masih berfikir di dalam kotak, kita harus berani berfikir di luar kotak, karena jika kita sudah berani berfikir di luar kotak, maka peluang – peluang terobosan akan muncul di hadapan kita. Jika kita membatasi pikiran kita, maka semua ide-ide hebat tersebut diatas tidak akan pernah muncul dan datang kepada kita.
Kita memerlukan berani, berani yang bagaimana?
  1. Kita harus berani melawan keraguan, baik itu keraguan yang datang dari kita sendiri, maupun keraguan itu dari orang-orang di sekitar kita. Setiap ide yang baru, setiap ide yang aneh, pasti akan mendapatkan penolakan dari berbagai pihak. Namun anda harus tetap berani, seaneh apapun ide tersebut, bahkan ide anda dianggap ide gila anda harus tetap berani melaksanakan ide-ide tersebut, jika tidak maka anda tidak akan pernah bisa berfikir di luar kotak.
  2. Berani mengambil resiko. Jika anda menghasilkan ide-ide baru, gagasan baru untuk meningkatkan produktivitas anda, maka saya katakan bahwa ide tersebut besar kemungkinan untuk tidak berhasil alias gagal. Tidak ada jaminan keberhasilan, karena melakukan sesuatu yang baru tingkat kegagalanya lebih tinggi daripada melakukan sesuatu yang sudah biasa. Karena resikonya besar maka di perlukan suatu keberanian. Suatu keberanian mengambil resiko. Yang jadi pertanyaan adalah kenapa kita mengambil resiko-resiko itu?”.Jawabnya adalah karena di balik resiko tersebut ada sesuatu peluang yang jauh lebih besar. Ingatlah hukum peluang dan resiko, “Semakin besar resiko yang kita ambil, semakin besar pula peluang yang akan kita dapatkan.” Jika kita tidak berani mengambil resiko – resiko yang  besar dan kita hanya mengambil resiko-resiko yang kecil, maka apa yang akan kita dapatkan akan kecil pula. Maka wajarlah jika apa yang akan anda raih tetap stagnan atau mengalami peningkatan secara linier dan lambat.
Jika anda ingin menggandakan peningkatan anda, maka anda harus berani berfikir di luar kotak, berani melawan keraguan, berani mengambil resiko. berfikir di luar kotaklah yang memungkinkan kita mendapatkan cara-car baru, cara-cara yang inovatif, cara-cara terobosan, cara-car yang lebih cepat,cara-cara yang tidak biasa.
cara-cara seperti ini hanya akan kita dapatkan jika mau berfikir di luar kotak. memang cara-cara yang akan kita dapatkan jika kita berfikir di luar kotak adalah cara yang tidak biasa, cara yang berbeda. Justru disitulah peluangnya.
Jika anda melakukan cara-cara yang biasa, maka hasilnyapun akan biasa, jika anda melalui jalan yang sama, melalui mobil yang sama, malalui kecepatan yang sama maka waktu yang anda perlukan untuk mencapai tujuan anda akan sama pula.Namun sekali anda berubah, cara anda mengendarai mobil misalnya kecepatan andas di tambah, atau jalan yang anda tempuh berbeda, atau mobil yang anda gunakan berbeda, maka hasilnya akan berbeda pula. Begitu juga dengan pekerjan-pekerjaan lain, jika anda ingin menghasilkan yang berbeda, maka anda harus melakukan sesuatu yang berbeda. Semakin berbeda apa yang anda lakukan, maka semakin besar pula peluang yang akan anda dapatkan.
Dengan berfikir di luar kotak, kita bebas berfikir, kita akan bebas dari cara lama, kita akan bebas dari tradisi, kita akan bebas dari kebiasaan, kita akan bebas dari status quo, dan kita akan terbebas dari zona nyaman.

Setiap Kemenangan Butuh Kesabaran

Di suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yg sedang baca koran… “Ayah, ayah” kata sang anak…
“Ada apa?” tanya sang ayah…..
“aku capek, sangat capek … aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek…aku mau menyontek saja! aku capek. sangat capek…
aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! … aku capel, sangat capek …
aku cape karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung…aku ingin jajan terus! …
aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati…
aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman teman ku, sedang teman temanku seenaknya saja bersikap kepada ku…
aku capek ayah, aku capek menahan diri…aku ingin seperti mereka…mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah ! ..” sang anak mulai menangis…
Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata ” anakku ayo ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu”, lalu sang ayah menarik tangan sang anak kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang… lalu sang anak pun mulai mengeluh ” ayah mau kemana kita?? aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah krn ada banyak ilalang… aku benci jalan ini ayah” … sang ayah hanya diam.
Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang…
“Wwaaaah… tempat apa ini ayah? aku suka! aku suka tempat ini!” sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.
“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah, lalu sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya.
” Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah…?”
” Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?”
” Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu”
” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah? alhamdulillah”
” Nah, akhirnya kau mengerti”
” Mengerti apa? aku tidak mengerti”
” Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi… bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga… dan akhirnya semuanya terbayar kan? ada telaga yang sangatt indah.. seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”
” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar ”
” Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat … begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu, tapi… ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri… maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri… seorang pemuda muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah karena ia tahu ada Allah di sampingnya… maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang… maka kau tau akhirnya kan?”
” Ya ayah, aku tau.. aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini … sekarang aku mengerti … terima kasih ayah , aku akan tegar saat yang lain terlempar ”
Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.

Selasa, 10 Agustus 2010

Proses Pernikahan pada Suku Karo

“Kronologis Proses Pernikahan pada Suku Karo dan Pesta Adatnya”
Kita terlebih dahulu diajak kembali kira-kira 100 tahun yang lalu. Kondisi kehidupan masyarakat Karo pada saat itu masih cukup sederhana dalam segala aspek. populasi penduduk belum ramai, perkampungan masih kecil, ada dua atau tiga rumah adat waluh jabu ditambah beberapa rumah sederhana satu dua. Kalau sudah ada sepuluh rumah adat baru dapat dikatakan perkampungan tersebut ramai.
Sarana dan prasarana jalan belum ada, hanya jalan setapak yang menghubungkan satu kampung dengan kampung yang lain. Kegiatan ekonomi dan perputaran uang hanya baru sebagian kecil saja. Hanya pedagang yang disebut dengan “Perlanja Sira” yang sesekali datang untuk berdagang secara barter (barang tukar barang)

Pekerjaan yang dilakukan hanyalah kesawah dan keladang (kujuma kurumah), ditambah menggembalakan ternak bagi pria dan menganyam tikar bagi wanita. Pemerintahan yang ada hanya sebatas pemerintahan desa. Kepercayaan yang ada adalah aninisme, dina-misme yang disebut “perbegu”. Alat dapur yang dipakai masih sangat sederhana, priuk tanah sebagai alat memasak nasi dan lauk pauknya, walau ada juga yang telah memasak dengan priuk gelang-gelang atau priuk tembaga/besi, tempat air kuran.
Namun demikian kehidupan berjalan terus, meneruskan generasi dilaksakan dengan orang yang sudah dianggap dewasa berkeluarga, dikatakan dewasa bagi seorang pria adalah ketika dia telah dapat membuat ukat, kuran atau membuka ladang, bagi wanita telah dapat menganyam tikar dan memasak nasi dan lauk pauk.
Proses Pernikahan 
Proses ataupun tahapan yang akan dilaksanakan bila ingin berkeluarga pada pria dewasa dinamai “Anak Perana” dan wanita dewasa dinamai “Singuda-nguda”. Ada lima tahapan yang harus dijalankan yaitu :
Naki-naki 
Anak Perana yang ingin menikah terlebih dahulu mencari seorang singuda-nguda, yang dianggapnya cocok, tidak sumbang, tetapi harus sesuai dengan adat Karo. Melakukan komunikasi melalui perantaraan, sampai ada kesediaan siwanita menerima kehadirannya.
Maba Nangkih
Jika sudah saling menyukai, diteruskan dengan membawa siwanita “Nangkih” ke rumah anak beru si pria. Sebagi tanda melalui perantara diberikan ‘Penading” kepada orang tua si wanita. Orang tua si wanita seolah-olah kaget menerimanya, seakan mereka tidak tahu dan tidak menyetujuinya, dan seterusnya. Namun demikian dua atau tiga hari kemudian beberapa orang ibu-ibu menemani ibu si wanita menghantarkan nasi/makanan kepada anaknya. Melakukan pembicaraan dengan pihak pria mengenai kelanjutannya, dan seterusnya.
Ngembah Belo Selambar
Setelah dilakukan pembicaraan dengan yang baik antara kedua belah pihak, selanjutnya pihak pria mendatangi pihak keluarga si wanita bersama sembuyak, senia dan anak berunya, demikian pula pihak wanita bersama sembutyak, senina dan anak berunya telah bersiap menyambut kedatangan pihak pria. Yang datang terbatas, cukup membawa satu atau dua ekor ayam untuk dugulai dan beras secukupnya. Biasanya malam setelah selesai makan dilaksanakan pembicaraan atapun musyawarah (runggu) isinya hanya satu yaitu meminta kesediaaan dengan senang hati dari orang tua si wanita dalam keinginan anaknya menikah, tentunya ikut juga dukungan dari anak beru, bila sudah bersedia dan dengan senang hati orang tua siwanita (kalimbubu) acar tersebut telah selesai. Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, keesokan harinya pihak si pria beserta kedua calon pengantin dapat langsung pulang.
Nganting Manuk
Biasanya acara ini dilaksanakan pada saat pekerjaan tidak begitu sibuk, padi telah dipanen sekali. Pembicaraan ini harus dihadiri lebih lengkap dan lebih penting. Singalo bere-bere harus dipanggil, lengkap sangkep ngeluh. Makanan lebih banyak dibawa (boleh kambing atau babi), tidak lagi hanya ayam. Melihat bentuk pertemuan dan kesanggupan dan kehormatan pihak yang datang. Waktunya boleh malam hari atau pagi menjelang siang hari. Banyaknya yang hadir kira-kira memenuhi rumah adapt ataupun sekitar 2 -3 kaleng beras untuk dimasak. Dalam acara ini yang dibicarakan adalah mengenai pelaksanaan pesta adat, kapan waktunya, berapa yang harus titangngung dan berapa utang adat yang harus dibayarkan.
Tingkatan Pesta ada tiga pilihan yaitu Singuda pesta adatnya dilakukan dirumah saja, Sintengah bila kumpul seluruh sanak family, Sintua, bila ditambah pengantin rose, (berpakaian adat lengkap) ergendang (musik tradisional) dan memotong lembu atau kerbau. Tanggungan pihak pengantin pria, seperti pembayaran utang adapt tentunya disesuaikan dengan tingkatan pestanya adatnya. Dikarenakan telah didapat kesepakatan untuk melaksanakan pesta adat, maka ditanyalah kalimbubu singalo bere-bere, apa yang akan menjadi hadiah perkawinan (luah/pemberian) yang akan diserahkan sebagai tanda restu kepada beberenya yang akan menikah.
Tentunya hal ini akan ditanyakan terlebih dahulu kepada beberenya, apa keinginannya, dan keinginan ini tidak dapat tidak disampaikan/disetujui. Mama si wanita akan memerintahkan kepada turangnya (ibu si wanita) agar menyediakan permintaan tersebut.
Pada Nganting Manuk ini juga ditetapkan belin gantang tumba, banyaknya makanan yang harus dipersiapkan. Biasanya pesta dilaksanakan setelah selesai panen.
Kerja Adat Perjabun
Ini adalah tahapan terakhir mensyahkan telah diselesaikan adapt pernikahan. Telah syah menjadi satu keluarga yang baru. Semua akan berkumpul pada pesta adat seperti yang telah disepakati bersama. Dahulu tempat pesta tidak ada dirumah pasti tidak muat jadi pesta dilaksanakan di tempat lapang atau dibawah kayu rindang. Bila pada saat pesta panas terik maka anak beru kedua belah pihak akan mendirikan tempat berteduh yang terbuat dari kayu, daun rumbia atau daun/pelepah kelapa. Tikar tempat duduk dan kayu bakar telah dipersiapkan oleh pihak siwanita. Dikarenakan pada saat itu fasilitas apapun tidak ada, maka diminta kepada penduduk desa untuk memasak makanan, masing-masing 2-3 tumba berikut dengan sumpitnya (tempat nasi) dan membawanya ketempat pesta dilaksanakan.
Lauk pauk (daging) langsung dibagi lima, dua bagian untuk pihak pria, dua bagian untuk pihak wanita dan satu bagian untuk singalo bere-bere. Jadi jelaslah bagi kita bahwa ketiga komponen inilah yang berperan penting. Sukut si empo (pihak pria) bersama sangkep nggelunya, begitu juga pihak wanita. Tidak ketinggalan singalo bere-bere bersama sangkep nggeluhnya inilah yang disebut dengan Kalimbubu Si Telu Sedalanen (hal ini akan kita bicarakan dilain waktu)
Masing-masing ketiga kelompok ini membawa anak berunya untuk menyiapkan makanan seperti yang telah dibagikan tadi.
Jika kalimbubu si ngalo ulu emas dari pihak pria, boleh tidak hadir disitu, akan didatangi dikemudian hari untuk membayar utang adat.
Pada waktu dulu tidak ada pidato-pidato seperti sekarang ini, kalimbubu singalo bere-bere memberikan hadiah dan doa restunya.
Untuk mensyahkan pernikahan menurut adat telah selesai, selanjutnya akan dijalankan terlebih dahulu “si arah raja”, ini ditangani oleh Pengulu atau Pemerintah, besarnya Rp. 15,- uang perak, dinamakan si mecur, diberikan kepada seluruh komponen yang berhak menerima, ulu emas, bena emas, perkempun, perbibin, perkemberahen, dan lainya. Setelah itu Rp. 60,- uang perak unjuken untuk pihak si wanita, selebihnya dinamakan tepet-tepet dijalankan oleh anak beru kedua belah pihak saja.
Pesta Pernikahan terbagi atas tiga jenis :
Kerja Erdemu Bayu, bila jumpa impal, ngumban ture buruk, jumpa kalimbubu ayah, kembali kepada kampahnya bila jumpa kalimbubu nini.
Kerja Petuturken, jumpa kelularga yang baru, terlebih dahulu bertutur.
Kerja Ngeranaken, bila ada yang harus dimusyawarahkan, misal tuturnya turang impal, tutur sepemeren, ada yang harus diperbaiki sabe ataupun denda, nambari pertuturen.
Demikianlah sekilas Kronologis Proses Pernikahan pada Suku Karo dan Pesta Adatnya, pada zaman dulu, hal ini sebagai kilas balik sesuai dengan zamanya.

Sumber :
Warta GBKP Maranatha Ditulis oleh Y. Sinuraya (Naskah Asli dalam bahasa Karo)
Diterjemahkan oleh Jimmi Hendrawan Sinulingga
Website gbkpjakartapusat.org

Sosial Budaya Karo

Penduduk asli yang mendiami wilayah Kabupaten Karo disebut Suku Bangsa Karo. Suku Bangsa Karo ini mempunyai adat istiadat yang sampai saat ini terpelihara dengan baik dan sangat mengikat bagi Suku Bangsa Karo sendiri. Suku ini terdiri dari 5 (lima) Merga, Tutur Siwaluh, dan Rakut Sitelu.
Merga Silima, yakni:
- Karo-karo
- Ginting
- Sembiring
- Tarigan
- Perangin-angin

Dari kelima Merga tersebut di atas, masih terdapat sub-sub Merga. Berdasarkan Merga ini maka tersusunlah pola kekerabatan atau yang dikenal dengan Rakut Sitelu, Tutur Siwaluh dan Perkaden-kaden Sepuluh Dua Tambah Sada.
Rakut Sitelu, yaitu:
- Senina/Sembuyak
- Kalimbubu
- Anak Beru
Tutur Siwaluh, yaitu:
- Sipemeren
- Siparibanen
- Sipengalon
- Anak Beru
- Anak Beru Menteri
- Anak Beru Singikuri
- Kalimbubu
- Puang Kalimbubu
Perkaden-kaden Sepuluh Dua:
- Nini
- Bulang
- Kempu
- Bapa
- Nande
- Anak
- Bengkila
- Bibi
- Permen
- Mama
- Mami
- Bere-bere
Dalam perkembangannya, adat Suku Bangsa Karo terbuka, dalam arti bahwa Suku Bangsa Indonesia lainnya dapat diterima menjadi Suku Bangsa Karo dengan beberapa persyaratan adat.
Masyarakat Karo terkenal dengan semangat keperkasaannya dalam pergerakan merebut Kemerdekaan Indonesia, misalnya pertempuran melawan Belanda, Jepang, politik bumi hangus. Semangat patriotisme ini dapat kita lihat sekarang dengan banyaknya makam para pahlawan di Taman Makam Pahlawan di Kota Kabanjahe yang didirikan pada tahun 1950.
Penduduk Kabupaten Karo adalah dinamis dan patriotis serta taqwa kepada Tuhan Yang Esa. Masyarakat Karo kuat berpegang kepada adat istiadat yang luhur, merupakan modal yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembangunan.Dalam kehidupan masyarakat Karo, idaman dan harapan (sura-sura pusuh peraten) yang ingin diwujudkan adalah pencapaian 3 (tiga) hal pokok yang disebut Tuah, Sangap, dan Mejuah-juah.
Tuah berarti menerima berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, mendapat keturunan, banyak kawan dan sahabat, cerdas, gigih, disiplin dan menjaga kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup untuk generasi yang akan datang.
Sangap berarti mendapat rejeki, kemakmuran bagi pribadi, bagi anggota keluarga, bagi masyarakat serta bagi generasi yang akan datang.
Mejuah-juah berarti sehat sejahtera lahir batin, aman, damai, bersemangat serta keseimbangan dan keselarasan antara manusia dan manusia, antara manusia dan lingkungan, dan antara manusia dengan Tuhannya. Ketiga hal tersebut adalah merupakan satu kesatuan yang bulat yang tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain.

Nama dan Pakaian Adat Karo

Ada beberapa istilah yang dipergunakan dalam pakaian adat karo yang kita kenal. Seperti:

Uis nipes
Untuk tudung, “maneh-maneh” (kado untuk perempuan), untuk mengganti pakaian orang tua (pihak perempuan) dan sebagai alas “pinggan pasu” (piring) pada saat memberikan mas kawin dalam upacara adat.

Uis julu
Untuk sarung, “maneh-maneh”, untuk mengganti pakaian orang tua (untuk laki-laki) dan selimut.

Gatip gewang
Untuk menggendong bayi perempuan dan “abit” (sarung) laki-laki

Gatip jongkit
Untuk “gonje” (sarung) upacara adat bagi laki-laki dan selimut bagi “kalimbubu” (paman).

Gatip cukcak
Kegunaannya sama dengan gatip gewang, bedanya adalah gatip cukcak ini tidak pakai benang emas.

Uis pementing
Untuk ikat pinggang bagi laki-laki

Batu jala
Untuk tudung bagi anak gadis pada pesta “guro-guro aron”. Boleh juga dipakai laki-laki, tapi harus 3 lapis, yaitu: uis batu jala, uis rambu-rambu dan uis kelam-kelam.

Uis arinteneng
Sebagai alas waktu menjalankan mas kawin dan alas piring tempat makan pada waktu “mukul” (acara makan pada saat memasuki pelaminan), untuk memanggil roh, untuk “lanam” (alas menjunjung kayu api waktu memasuki rumah baru), untuk “upah tendi” (upah roh), diberikan sebagai penggendong bayi dan alas bibit padi.

Uis kelam-kelam
Untuk tudung orang tua, untuk “morah-morah” (kado untuk laki-laki), dan boleh juga dipakai oleh laki-laki dalam upacara adat, tapi disertai batu jala dan rambu-rambu.

Uis cobar dibata
Untuk upacara kepercayaan, seperti “uis jinujung”, “berlangir” dan “ngelandekken galuh”.

Uis beka buluh
Untuk “bulang-bulang” diikatkan di kepala laki-laki pada upacara adat.

Uis gara
Untuk penggendong anak-anak, tudung untuk orang tua dan anak gadis.

Uis jujung-jujungen
Untuk melapisi bagian atas tudung bagi kaum wanita yang mengenakan tudung dalam upacara adat.

Sibayak / Raja

Raja (Sibayak) si lit i Taneh Karo mulana empat ngenca. Sibayak siempat ras piga-piga Raja Urungna ngikutken sitersinget piga-piga perbapan si enggo ndekah umurna bagepe si tersurat emekap:

1. Kerajaan Sibayak Lingga
Merga Sibayakna Karo-karo Sinulingga, inganna tading i Kuta Lingga. Kerajaan Sibayak Lingga eme simbelinna i Taneh Karo, lit 6 Urungna emekap:
- Urung XII Kuta ringan i Kabanjahe
- Urung si III Kuru ringan i Lingga
- Urung Naman ringan i Naman
- Urung Tiga Pancur ringan i Tiga Pancur
- Urung Teran ringan i Batukarang
- Urung Tiganderket ringan i Tiganderket

2. Kerajaan Sibayak Sarinembah
Merga Sibayakna Sembiring Meliala, inganna tading i Kuta Sarinembah, lit 4 Urungna, emekap:
- Urung XVII Kuta ringan i Sarinembah
- Urung Perbesi ringan i Perbesi
- Urung Juhar ringan i Juhar
- Urung Kutabangun ringan i Kutabangun

3. Kerajaan Sibayak Suka
Merga Sibayakna Ginting Suka, inganna tading i Kuta Suka, lit 4 Urungna emekap:
- Urung Suka ringan i Suka
- Urung Sukapiring ringan i Seberaya
- Urung Ajinembah ringan i Ajinembah
- Urung Tengging ringan i Tengging

4. Kerajaan Sibayak Barusjahe
Merga Sibayakna Karo-karo Barus, inganna tading i Kuta Barusjahe, lit 2 Urungna emekap:
- Urung si VII Kuta ringan i Barusjahe
- Urung si VI Kuta ringan i Sukanalu
Jenari tersinget maka ibas kejerangen Kutabuluh Simole lit ringan sekalak Raja. Raja e sinursur Raja ka eme si ringan i Kutamale, mergana Perangin-angin. Raja sitersinget e tuhu-tuhu mbelin kuasana janah ia me ikuten ras penungkunen rayat si tading ije. Ia ngenca iakuina rajana, emaka dungna ia enggo irajaken jadi Sibayak Kutabuluh.

5. Kerajaan Sibayak Kutabuluh
Merga Sibayakna Perangin-angin, inganna tading i Kutabuluh, lit 2 Urungna emekap:
- Urung Namohaji ringan i Kutabuluh
- Urung Liangmelas ringan i Kuta Marding-ding

Larangan dan Anjuran (Sumbang ras Suruhen)

Sumbang artinya tidak pada tempatnya, atau tidak sesuai dengan kedudukannya atau tidak seharusnya. Dalam masyarakat karo, sumbang ini bervariasi. Namun setelah dirangkum pendapat Brahmana, (TT:36-37;44-46) dan Tarigan, (Ginting, 1989:41) ada dua belas sumbang, dan kemudian ada pula dua belas suruhen (anjuran).

1. Sopan bicara (Sumbang Sora Ngerana).
Maksudnya kalau berbicara sebaiknya hati-hati, jangan menampakkan ekspresi mau marah atau ekspresi jengkel, apalagi hal itu dilakukan di depan orang ramai, di depan mertua, di depan ipar, ini tidak sopan, maka dianjurkan agar selalu sopan berbicara.

2. Sopan Cara Makan (Sumbang Perpan).
Artinya kalau makan harus bersikap sopan, jangan terlalu tegak dan jangan terlalu menunduk, tidak boleh tergesa-tegas, maka dianjurkan agar selalu sopan bila sedang makan.

3. Sopan Memandang (Sumbang Pernin Mata).
Artinya tidak baik memandang mertua, ipar, berulang-ulang, ini tidak sopan, maka dianjurkan agar selalu sopan ketika memandang atau menatap seseorang, terlebih-lebih terhadap orang yang dituakan, seperti mertua, orang yang disegani seperti ipar, apakah karena usia atau karena jenjang sapaan.

4. Sopan Mandi di Sungai (Sumbang ridi Ibas Tapin).
Artinya bila ada lawan jenis kita sedang mandi di sungai, jangan di dekati, demikian juga bila mertua kita sedang mandi, jangan di dekati walaupun jenis kelaminnya sama dengan kita. Kalau mau mandi, tunggu dulu mereka selesai baru boleh mandi, maka dianjurkan agar selalu sopan bila hendak pergi mandi.

5. Sopan Duduk (Sumbang Perkundul).
Artinya kalau duduk, duduklah dengan sopan, jangan angkat kaki ke kursi atau ke meja, maka dianjurkan agar selalu sopan bila hendak duduk.

6. Sopan Berpakaian (Sumbang Peruis).
Artinya kalau berpakaian, berpakaianlah secara wajar, maka dianjurkan agar selalu sopan berpakaian.

7. Sopan Menari (Sumbang Perlandek Ibas Gendang).
Dianjurkan agar selalu sopan ketika menari, sebab bila menari di atas panggung, semua mata penonton akan tertuju kepada si penari, kalau cara menari tidak sopan, niscaya akan dinista penonton.

8. Sopan Berjalan (Sumbang Perdalan).
Artinya kalau berjalan dan berselisih dengan orang-orang yang kita hormati, seperti mertua yang berbeda jenis kelamin dengan kita, sebaiknya menghindar jauh. Tidak dibenarkan jalan tergesa-gesa, seandainya tidak begitu penting, agar orang yang berpapasan dengan kita dijalan tidak kaget atau terkejut, maka dianjurkan agar selalu sopan bila berjalan.

9. Sopan Menikah (Sumbang Perempo).
Artinya dilarang menikahi orang yang tidak dibenarkan adat. Misalnya menikahi anak sembuyak atau anak Senina kita atau anak dari anakberu kita, maupun yang lainnya yang tidak dibenarkan adat, maka dianjurkan agar selalu menikahlah sesuai aturan adat.

10. Sopan bekerja (Sumbang Pendahin).
Kalau bekerja, bekerjalah dengan baik, jangan bekerja dengan melawan tata krama yang berlaku di dalam masyarakat, yang pada akhirnya menjengkelkan masyarakat, membuat orang benci dan sebagainya. Hal-hal seperti itu harus dihindari, maka dianjurkan agar selalu memilih jenis pekerjaan yang baik-baik dan halal.

11. Sopan berpikir (Sumbang Perukuren).
Berpikirlah dengan baik ini, jangan berat sebelah. Pikiran-pikiran yang egois harus dijauhkan, maka dianjurkan agar selalulah berpikir dengan baik dan rasional dengan kondisi yang ada.

12. Sopan Tidur (Sumbang Perpedem).
Ini berhubungan dengan keadaan keluarga masyarakat Karo pada masa lalu. Kalau pada masa lalu, para anak muda dilarang tidur di rumah, pada malam hari mereka tidur di jambur (pondok remaja), bersama teman-teman sebayanya, maka dahulu para anak muda tidaklah sopan bila dia tidur di rumah. Kalau mereka tidur di rumah orang tuanya, mereka ini telah melanggar tata krama umum. Kemudian tidur dengan sopan ini berhubungan pula dengan cara tidur, tidak sopan meletakkan arah kaki ke arah kepala, maka dianjurkan agar selalu tidur dengan sopan.
Sumbang dan suruhen ini juga mengandung unsur pengendalian sosial yang bersifat preventif, mencegah timbulnya masalah-masalah sosial.

Sumber : DALIKEN SI telu DAN SOLUSI MASALAH SOSIAL PADA MASYATAKAT KARO: KAJIAN SISTEM PENGENDALIAN SOSIAL DRS. PERTAMPILAN S. BRAHMANA, M.SI



Karo dan Sifat Merganya

Sebuah konteks dalam sifat setiap manusia tidak lepas dari aspek psikologis (kejiwaan) manusia itu sendiri. Dengan kebesaran kuasaNya, Tuhan menciptakan manusia dengan keberagaman sifat. Tentu setiap manusia di muka bumi ini diciptakan dengan sisi baik dan buruknya.
Manusia Karo juga tidak terlepas dari keberagaman sifat (biak) itu. Sifat yang dimiliki setiap individu Karo tentu berbeda-beda. Tapi ada sifat dasar pembawaan dari merga yang dipakainya. Mungkin juga sifat ini didasarkan beberapa sebab seperti satu keturunan (terombo), satu kampung berikut kebiasaan dan tradisinya sampai letak geografis tempat tinggal.
Dibawah ini akan dijabarkan sedikit tentang sifat-sifat (Biak-biak) Si Lima Merga. Penulis meriset semua sifat-sifat ini dari wawancara dengan orang-orang tua, beberapa tulisan juga pengalaman pergaulan dari kehidupan sebagai orang Karo di tengah tatanan budaya Karo yang kental.

Karo-Karo
Merga Karo-karo rata-rata cerdas dalam berpikir dan bertindak. Ini terbukti dengan orang Karo yang meraih gelar sarjana pertama kali adalah Dr B. Sitepu dan Mr. Jaga Bukit. Profesor pertama dari Karo adalah Prof. A.T. Barus. Gubernur Sumatera Utara dari Karo pertama kali adalah Ulung Sitepu. Sampai menteri dari Karo yang pernah diangkat adalah M.S. Kaban.
Karo-karo biasanya berkemauan kuat dan berusaha keras meraih cita-citanya. Karena kemauan dan kerja kerasnya itu tidak sedikit Karo-karo berhasil meraih segala keinginannya.
Beru Karo terkenal berani dalam bertindak. Ketika ada yang tidak sesuai keinginan hatinya maka apapun bisa dikata-katainya. Cenderung bersifat mendominasi dalam rumah tangga. Tapi beru Karo terkenal kepintarannya sebagai penyeimbang rumah tangga.

Ginting
Merga Ginting lantang dalam berbicara. Kalau memang pendapatnya benar akan terus dipertahankannya. Siapa yang tidak kenal nama yang sudah didekasikan menjadi salah satu jalan terpanjang di negeri ini, Letjend Jamin Ginting. Termasuk anggota MPR RI, Sutradara Ginting yang pintar dalam mengungkapkan pendapatnya.Tidak takut untuk memulai sesuatu yang baru. Mempunyai jiwa kepemimpinan yang kuat. Cenderung patuh pada istrinya.
Beru Ginting terkenal tidak malu tampil ke tengah. Kalau belum berbuat sesuatu rasanya belum ada kepuasan dalam dirinya. Keberaniannya terkadang tidak memikirkan resiko apa yang akan terjadi terhadap tindakannya.

Sembiring
Merga Sembiring rata-rata berjiwa diplomatis. Sedikit berbicara tapi dalam artinya. Terkadang pelan-pelan mengutarakan pendapatnya sehingga keinginan hatinya diterima semua orang. Siapa yang tidak kenal dengan keturunan Sibayak Sarinembah, Mayjend Raja Kami Sembiring dengan vokalnya yang menghebohkan gedung MPR RI Senayan beberapa tahun lalu. Kriminolog Adrianus Meliala juga termasuk salah satu contoh. Cenderung malu dan takut mengutarakan cinta pada gadis yang dipujanya. Bahkan sekalipun ditanya apakah dia mencintai gadis itu dengan cepat akan ditampiknya dengan halus.
Beru Sembiring berjiwa penyabar. Walau banyak yang tidak menyenangi dirinya dengan sabar dia akan menerimanya. Cenderung sebagai penguasa rumah tangga. Sehingga rumah tangga berada dibawah kendalinya.

Tarigan
Merga Tarigan pintar berbicara. Di kedai kopi ataupun jambur semua obrolan akan didominasinya. Cepat berkelit dalam berkata-kata jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan maksudnya.
Karena pintar berkata-kata rata-rata merga Tarigan berjiwa dagang. Mulia Tarigan salah satu contohnya. Juga Mestika br Tarigan menjadi psikolog terkenal saat ini.
Beru Tarigan bersifat pasrah terhadap sesuatu yang didapatnya. Apa yang dikatakannya terkadang berbeda dengan isi hatinya.

Perangin-angin
Merga ini disebut dengan julukan Tambar Malem (selain Sebayang). Tambar Malem maksudnya disini adalah kepintaran dalam berkata-kata untuk menghibur orang. Jika ada orang mengalami masalah, Perangin-angin pintar memakai lidahnya untuk menghibur dan mencari solusi jalan keluarnya. Bersifat moderator dan mediator.
Cenderung harus dibujuk-bujuk (tami-tami) dan cemburuan. Berani dalam bertindak dan mengungkapkan pendapatnya. Aktor kawakan Advent Bangun yang telah memakai lidahnya dalam berkotbah di mimbar gereja. Termasuk perjuangan Kiras Bangun alias Pa Garamata dalam mempertahankan kemerdekaan negeri ini.
Beru Perangin-angin berjiwa ingin tampil. Ada suatu kebanggaan jika dirinya diperhatikan orang. Bersifat menguasai keluarganya sendiri. Kepintarannya dalam mencari muka pada orang tuanya terkadang membuat perselisihan dengan turangnya sendiri.
Sifat-sifat merga di atas tidak bisa menjadi tolak ukur bagi kita untuk menyimpulkan sifat seseorang dari merganya. Perkembangan jaman, kehidupan sosial dan perkawinan dengan berbagai suku sedikit demi sedikit mengikis sifat-sifat merga itu sendiri.
Jadi sifat merga diatas hanyalah sebuah kesimpulan kecil dari sebuah penelitian yang setiap saat bisa disanggah dan diperdebatkan. Sekali lagi janganlah kesimpulan diatas menjadi acuan kita untuk menilai sifat merga dan juga sifat seseorang.
Tapi jika kita menelusuri lebih dalam setiap orang Karo mempunyai sifat yang hampir sama. Mungkin dikarenakan alam, budaya dan seninya yang mengacu pada kehidupan sosial Karo itu sendiri.

Catatan kecil tentang sifat orang Karo
Orang Karo itu tidak terlalu rajin tetapi bukan pemalas. Berjiwa lemah lembut dan toleransi yang kuat. Sifat gotong royong dan memusyawarahkan sesuatu secara “sangkep nggeluh” menjadi nilai yang dikedepankan dalam strukur sosial masyarakatnya.
Prinsip hidupnya adalah, ”Ertuah bayak sangap encari,” yang artinya berkembang biak murah rejeki dan etos kerja yang digunakan, “Mangkuk reh mangkuk mulih, Ola lolo cametendu”.
Filosofi hidup orang Karo itu,”Pebelang juma maka mbelang man peranin, Jemur pagendu sangana las,” yang artinya perbanyak mata pencaharian supaya banyak hasilnya, gunakan kesempatan yang ada.
Ada juga falsafah yang mengatakan, “Keri gia pola isina, gelah mehuli penangketken kitangna,” biarpun habis air nira diminum, asal yang meminum itu menggantungkan tempatnya (kitang) itu dengan baik.
Kelemahan orang Karo pada umumnya mudah tersinggung dan sakit hati. Apabila rasa sakit hati dan ketersinggungan itu terlalu mendalam akan menimbulkan reaksi. Tetapi lebih banyak mengundurkan diri dalam percaturan. Tapi umumnya mempunyai sifat pendendam.
Orang Karo sangat sensitif tetapi menyimpan sifat ideal sebagai single fighter. Berani memulai sesuatu walau tidak tahu apa resiko yang akan dihadapinya. Mempunyai jiwa merantau (erlajang) dan dengan cepat bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya. Ada istilah sendiri yang mengacu hal ini, “Kalau masuk ke kandang kambing, dia akan mengembik tapi tidak jadi kambing. Kalau masuk ke kandang harimau, dia akan mengaum tapi tidak jadi harimau.”
Sebuah sajak indah yang pernah ditulis Djaga Depari tentang Merga Silima

Si Lima Merga
De nen percibalna
tutus atena ras sumangatna
kinigenggengenna ninta
cukup me tuhuna
meteh mehuli meteh mehangke
dahinna la murde
ertuding ras jore
beluh nge erjile-jile
Tapi lit dengang ia pandangen
simorahen ras sicianen
pergelut perbenceng permeja
nakan segarun terbuang dungna
iban si sitik selembar ngenca
De lakin robah
la kin jera
ngerasa kerina
si lima merga
Masing-masing kita sudah mengetahui sifat kita sebagai pribadi maupun sebagai seorang Karo. Tapi alangkah baiknya jika kita menelaah mana sifat yang mendukung hidup ke arah positip dan mana malah yang menghambat.
Adalah suatu jiwa besar jika kita meninggalkan kebiasaan lama dan memulai sesuatu yang lebih baik. Dengan menggunakan sifat yang baik dari kita secara pribadi dan juga dengan sesama niscaya memberikan harapan perubahan baru dalam hidup kita. Salam budaya!

Sistem Kekerabatan di Masyarakat Karo

Kekerabatan di Bawah Payung Sangkep Si Telu
Seluruh hubungan kekerabatan pada masyarakat Karo, baik berdasarkan pertalian darah maupun pertalian karena hubungan perkawinan, dapat direduksi menjadi tiga jenis kekeluargaan, yaitu: kalimbubu, senina atau sembuyak, dan anak beru, yang biasanya disimpulkan dalam banyak istilah, tetapi maksudnya sama yaitu: daliken si telu sama dengan sangkep si telu, iket si telu, rakut si telu. Pada suku-suku Batak yang lain seperti Toba, Mandailing, dan Angkola, maksud yang sama dikenal dengan istilah dalihan na tolu. Daliken si telu (daliken adalah tungku batu tempat memasak di dapur, sedangkan si telu adalah tiga). Hubungan antara ketiganya tidak dapat dipisahkan di dalam hal adat, menyusupi aspek-aspek kehidupan secara mendalam, menentukan hak-hak dan kewajiban di dalam masyarakat, di dalam upacara-upacara, hukum, dan di zaman yang lampau mempunyai arti yang penting di dalam kehidupan ekonomi dan politik. Pada masa sebelum penjajahan Belanda, juga termasuk ritual, dan segala aktifitas sosial. Di dalam sangkep si telu inilah terletak azas gotong-royong, dan musyawarah dalam arti kata yang sedalam-dalamnya.

Berikut penjelasan mengenai masing-masing sangkep ngeluh orang Karo tersebut di dalam hal peradatan:
Senina atau Sembuyak
Senina atau sembuyak, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, adalah saudara antara anggota-anggota yang masih memiliki satu marga, satu ayah/ibu, satu nenek/kakek, satu cicit, dan seterusnya. Beberapa jenis dari sembuyak antara lain: sembuyak sukut (saudara satu ayah dan satu ibu), senina sembuyak bapa (saudara karena satu kakek), senina sembuyak nini (saudara karena satu cicit), senina sembuyak empong (saudara karena satu kakeknya kakek)18. Kelompok terkecil dari sembuyak ini adalah saudara kandung.
Sedangkan kelompok senina dapat pula dibagi ke dalam beberapa bentuk seperti: senina sepemeren (saudara karena ibu mereka bersaudara), senina siparibanen (saudara karena istri bersaudara, atau satu mertua), senina sedalinen (saudara karena ia memperistri impal/anak paman kandung) kita, senina sepengalon (saudara karena anaknya diambil menjadi istri dari anak mertua yang sama), senina ibas runggun adat (saudara yang telah diangkat dalam satu musyawarah adat).
Sistem kekerabatan yang luas itu tidak pula menghilangkan fungsi keluarga inti. Keluarga inti tetap penting, karena apakah seseorang menanam padi atau jagung di ladangnya, apakah ia menghentikan atau meneruskan sekolah anak-anaknya, dan lain-lain, itu adalah urusanya sendiri (keluarga) bukan soal keluarga lain.
Kalimbubu
Perkawinan dalam masyarakat Karo, bukanlah merupakan soal individu (perseorangan), tetapi adalah masalah keluarga. Kawinnya seseorang dengan orang lain tidak hanya mengikat tali kekeluargaan dengan keluarga dari pihak istri atau suaminya, tetapi terjadilah jaringan-jaringan kekeluargaan di antara kedua golongan keluarga dari mempelai.
Kalimbubu, dapat disamakan dengan hula-hula pada masyarakat Tapanuli, adalah clan “pemberi dara” (yang menyerahkan anak perempuan) dan anak beru, sebagai clan “penerima dara” (yang menyerahkan perempuan). Kalimbubu adalah golongan yang sangat dihormati, dinamakan juga dibata ni idah, yaitu Tuhan yang dapat dilihat. Murah rejeki, anak sehat-sehat, itu semua kerena tuah (berkat) kalimbubu. Demi tuah-nya, maka apabila ia sakit hati (morah-morah kalimbubu), karena sesuatu hal yang tidak senonoh yang dilakukan oleh anak beru-nya, dapat menimbulkan akibat yang buruk (umpamanya dapat mengakibatkan anak lahir cacat, badan selalu kurang sehat, pikiran tidak tenang dan lain-lain). Untuk menghindar dari hal itu semua, maka ada upacara untuk minta maaf kepada kalimbubu yang disebut dengan nabei.
Anak Beru
Anak beru juga dinamakan sebagai si majekken lape-lape, yaitu yang membuat tempat berteduh bagi kalimbubu-nya. Penamaan tersebut, kecuali mencerminkan kedudukannya di dalam upacara-upacara, juga mencerminkan betapa pentingnya kedudukan mereka sebagai golongan yang membawa kedamaian, di dalam keluarga kalimbubu. Pertengkaran-pertengkaran di dalam keluarga merupakan tugas anak beru yang mendamaikannya. Segala upacara-upacara, umpamanya upacara perkawinan, memasuki rumah baru, kematian, dan lain sebagainya, anak beru-lah yang menyelesaikannya24.
Di dalam hal-hal yang berhubungan dengan adat, orang luar tidak boleh berhubungan langsung dengan kalimbubu, tetapi harus melalui dan dengan perantaraan anak beru. Jika ada dua pihak yang bersengketa, maka yang berhadapan langsung adalah anak beru dari masing-masing pihak. Fungsi anak beru di sini adalah sebagai penyambung lidah. Menurut pandangan masyarakat Karo, anak beru dan senina adalah jaminan.
Begitu rumitnya kekerabatan yang ada dalam tatanan masyarakat Karo, yang sampai dengan saat ini hampir sebagian besar orang Karo, baik yang di desa maupun di kota masih tetap melestarikannya, meskipun dalam proporsi yang berbeda-beda. Jelasnya, “roh” kekerabatan ini masih hidup sampai sekarang.
Kita tidak tahu nanti, dengan tantangan global, yang mengandalkan solusi instant untuk segala hal, apakah masyarakat Karo akan tetap bertahan dengan tatanan kekerabatan ini? Jelas-jelas sistem itu terlalu rumit bagi mereka yang sudah bermental teknorasi. Segalanya ingin dibuat menjadi mudah. Atau mungkin saja tetap bertahan, tetapi hanya tinggal sekedar “simbol” saja, tanpa pemaknaan yang mendalam. Padahal harus diketahui, keunikan orang Karo salah satunya yang terpenting adalah sistem kekerabatan ini. Dalam sistem kekerabatan inilah tercermin jiwa gotong-royong (aron) orang Karo. Dari sinilah terlihat, betapa orang Karo sangat mementingkan hal-hal yang bernuansa sosial, bukan individual.
Budaya Ertutur
Untuk menunjukkan tingkatan kekerabatan di dalam masyarakat Karo dikenal istilah ertutur. Ertutur (ber-tutur) adalah salah satu ciri orang Karo bila ia berkenalan dengan orang yang belum pernah dikenalnya. Biasanya diawali dengan menanyakan marga, kemudian bere-bere (marga ibu) seseorang yang juga bisa dikaitkan dengan keluarga yang masing-masing mereka kenal, bahkan mungkin menanyakan trombo (silsilah) untuk mengetahui tingkat kekerabatan tersebut.
Menurut Henry Guntur Tarigan, tutur adalah sebuah pemeo Karo yang berbunyi “Adi la beluh ertutur, labo siat ku japa pe”, yang berarti “kalau tidak pandai ber-tutur, takkan ada tempat ke mana pun”.
Namun, nampaknya pemeo ini akan lebih terasa pada masyarakat Karo yang masih tinggal di pedesaan.
Adapun melalui tutur seseorang dapat mengetahui tingkatannya dalam jenis-jenis sebagai berikut: bapa (bapak), nande (ibu), mama (paman), mami (bibi/istri paman), bengkila (panggilan istri terhadap mertua laki-laki), bibi (panggilan istri terhadap mertua perempuan), senina (saudara karena marga, atau sembuyak untuk yang satu ibu), turang (laki-laki terhadap saudara perempuan, atau perempuan sama berunya dengan marga seorang laki-laki), Impal (laki-laki yang bere-bere-nya sama dengan beru seorang wanita, pasangan yang ideal dalam peradatan Karo), silih (abang ipar atau adik ipar), bere-bere (seorang yang memiliki bere-bere yang sama dengan bere-bere seorang lainnya), anak (anak), kempu (cucu), ente (cicit), entah (buyut), turangku (hubungan yang dahulu tabu untuk berbicara langsung, misalnya antara istri kita dengan suami dari saudara perempuan kita), agi (adik), kaka (abang laki-laki/perempuan), permen (sebutan mertua laki-laki terhadap menantu perempuan), nini bulang (kakek), nini tudung/nondong (nenek), empung (kakek dari ayah atau ibu) beru (nenek dari ayah atau ibu).
Budaya ertutur dalam masyarakat Karo terdiri dari enam lapis. Berikut ini penjelasan dari keenam lapis proses ertutur yang dikenal di kalangan masyarakat Karo:
  • Marga/Beru adalah nama keluarga yang diberikan (diwariskan bagi seseorang dari nama keluarga ayahnya secara turun temurun bagi anak laki-laki). Sedangkan bagi anak wanita marga ayahnya disebut beru yang tidak diwariskan bagi anaknya kemudian.

  • Bere-bere adalah nama keluarga yang diwarisi seseorang dari beru ibunya. Bila ibu saya beru Karo, maka bere-bere saya menjadi bere-bere Karo.

  • Binuang adalah nama keluarga yang diwarisi seorang suku Karo dari bere-bere ayahnya.

  • Kempu (perkempun), adalah nama keluarga yang diwarisi seseorang dari bere-bere ibu.

  • Kampah adalah nama keluarga yang diwarisi seseorang dari beru yang dimiliki oleh nenek buyut (nenek dari ayah).

  • Soler adalah nama keluraga yang diwarisi dari beru empong (nenek dari ibu).

  • Lazimnya, proses ertutur dalam masyarakat Karo yang dipakai oleh seseorang hanya sampai kepada lapis kedua. Sedangkan pada lapis ketiga dan seterusnya hanya dipakai dalam acara-acara adat. Kecuali, bila dua orang yang hendak berkenalan, sama sekali tidak memiliki hubungan marga atau beru yang pas, maka diusutlah sampai tingkat ke empat dan enam.
    Setiap orang yang bertemu dengan orang Karo atau menetap dan tinggal di masyarakat Karo, atau kawin dengan orang Karo dari suku yang lain, untuk dapat membangun kekerabatan melalu proses ertutur ini akan dianugerahi atau dikenakan beru atau marga tertentu. Setelah sistem kekerabatan dapat ditentukan dengan seorang Karo lainnya melalui ertutur ini, maka jalinan hubungan kekerabatan itu dapat dikelompokkan menjadi tiga ikatan yang dikenal dengan istilah rakut si telu (ikatan yang tiga), sebagaimana telah dijelaskan dalam butir (a).
    Kemudian orang Karo juga mengenal istilah tutur si waluh yang sebenarnya kurang tepat artinya. Sebagaimana tentang tutur sudah disinggung sebelumnya, tutur itu ada 23. Sedangkan yang disebut waluh (delapan) adalah sangkep nggeluh. Jadi sebenarnya sangkep nggeluh si waluh (delapan kelengkapan hidup), yang merupakan pengembangan fungsi dari rakut si telu.
    Sangkep nggeluh si waluh itu antara lain adalah: pertama, pengembangan dari tegun kalimbubu adalah (1) puang kalimbubu, dan (2) kalimbubu. Kedua, pengembangan dari tegun senina adalah: (1) senina, (2) sembuyak, (3) senina sepemeren, (4) senina siparibanen. Ketiga, pengembangan dari tegun anak beru adalah: (1) anak beru dan (2) anak beru menteri. Jadi jumlah keseluruhan menjadi 2+4+2=831. Itulah yang disebut sebagai sangkep nggeluh si waluh dalam masyarakat Karo.
    Budaya ertutur ini merupakan salah satu bentuk pengungkapan identitas Karo. Seseorang akan dikenal dengan baik kalau ia mampu menjelaskan hubungan-hubungan kekerabatan dalam ikatan keluarganya. Di samping itu, ia mampu mengenali marga/beru-nya dan bere-bere-nya, sehingga ketika melakukan perkenalan dengan orang lain (ertutur), ia dapat memposisikan dirinya. Berdasarkan pengalaman penulis saat melakukan penelitian, ataupun saat bergaul dengan pemuda-pemuda di gereja, ketika proses ertutur ini dilakukan antara satu orang dengan yang lain, yang baru pertama kali bertemu, secara cepat dan spontan salah satu atau kedua-duanya dari mereka mengatakan “Aku enggak bisa ertutur!”, (aku enggak bisa berkenalan). Ini menandakan betapa perhatian terhadap hal-hal paling kecil, paling mendasar dalam identitas kekaroan (yaitu masalah marga/beru) sudah tidak terlalu dipahami lagi. Ini jelas fenomena yang menunjukkan bahwa bentukan identitas yang diinginkan oleh sebagian generasi muda bukanlah identitas yang kaku, rumit dan tidak populer seperti “identitas kekaroan” (dalam pandangan mereka). Padahal kekhasan orang Karo salah satunya adalah pada proses ertutur itu sendiri.
    Namun, harapan masih tetap ada, mungkin saja sikap-sikap yang ditunjukkan oleh generasi muda (dari pandangan orang tua terhadap orang muda yang diketahui penulis lewat wawancara) akibat dari ketidaktahuan, atau kurang sadarnya pemuda/i Karo akan pentingnya nilai sebuah identitas. Mungkin saja kalau kesadaran mereka dibangkitakan, semangat mereka akan bangkit pula untuk melestarikan, memelihara dan mengembangkan budayanya, sekalipun hal itu kelihatannya rumit. Bukankah kepopulerannya akan sangat tergantung pada bagaimana cara kita memeliharanya?
    Anceng, Cian, Cikurak
    Sifat dan perwatakan manusia Karo yang berwujud pada perilaku atau perbuatan dan pola pikirnya, yang masih melekat pada anggota masyarakat Karo pada umumnya adalah sebagai berikut: jujur, tegas dan berani, percaya diri, pemalu, tidak serakah dan tahu akan hak, mudah tersinggung dan dendam, berpendirian tetap dan pragmatis, sopan, jaga nama keluarga dan harga diri, rasional dan kritis, mudah menyesuaikan diri, gigih mencari ilmu, tabah, beradat, suka membantu dan menolong, pengasih dan hemat, percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
    Di balik sifat-sifat baik di atas, masih ada sifat lain yang juga terdapat di dalam masayarakat Karo seperti anceng, cian, cikurak, yang merupakan sifat jelek yang dimiliki orang Karo, termasuk merupakan kritik terhadap sikap hidup orang Karo yang hendak mencelakakan sesamanya. Kalau dalam istilah orang Manado kita kenal baku cungkel. Umumnya sikap ini muncul oleh karena perasaan iri, motif dendam, atau atau perasaan kurang senang. Sifat jelek seperti ini dapat dipastikan tidak hanya ada pada masyarakat Karo, tetapi semua suku bangsa yang ada di Indonesia, bahkan suku bangsa di dunia memiliki sifat yang saling menjatuhkan, seperti yang juga diungkapkan oleh Sartre homo homini lupus.
    Istilah “cian” dalam bahasa Karo berarti iri atau dengki. Yang terdekat dari sifat ini adalah cemburu. Sifat ini biasanya selalu mengarah kepada hal-hal yang tidak baik, oleh karena tujuannya adalah merusak. Hal ini mestinya dapat dihilangkan dari setiap pikiran dan sikap manusia. Paling tidak berusaha untuk mengarahkan diri pada hal-hal yang tidak merugikan, atau lebih positif bersaing secara sehat.
    Masih ada dua sifat yang juga bersemi di atara orang-orang Karo, yang sebenarnya juga kurang bermanfaat, yaitu kebiasaan mengata-ngatai orang lain (menjelek-jelekan orang lain) secara negatif yang dikenal dalam bahasa Karo dengan istilah “cekurak”, dan satu lagi adalah istilah “anceng”, yaitu melakukan gangguan atau kendala bagi sesuatu pekerjaan orang lain dengan niat merusak. Untuk membentengi diri dari sifat-sifat semacam ini, hendaknya insan Karo mengubah pola pikir untuk dapat menerima sebuah keadaan dengan terbuka. Hal ini bisa dilakukan dengan menambah wawasan (belajar dari orang lain) dalam bangku pendidikan, atau juga mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga dapat hidup saling mengasihi. Ini berarti kemampuan penguasan diri terhadap naluri merusak (destruktif), juga pemanusiawian apa-apa yang membuatnya menjadi liar, brutal dan mau berkuasa

    (Sumber: Website gbkpjakartapusat.org)